Pengumuman Pemenang Mini Giveaway An Ember in the Ashes



Selamat Malam :)

Pertama-tama, sebelum kita melangkah ke pengumuman pemenang, aku mau ngucapin banyak terima kasih kepada Penerbit Spring atas kesempatan yang diberikan kepada blog ini untuk ikut serta dalam rangkaian Blogtour dan Giveaway An Ember in the Ashes. Senang sekali bekerja sama dengan Penerbit yang udah menerbitkan berbagai novel terjemahan yang oke punya dan banyak dicari oleh para pecinta buku. Semoga ke depannya makin banyak lagi novel-novel yang diterbitkan oleh Penerbit Spring.

Selain itu makasih juga untuk teman-teman yang udah berpartisipasi dalam Mini Giveaway ini yang dilaksanakan tanggal 23 sampai tanggal 24 Desember 2016 pukul 23.59 WIB, dengan jumlah total partisipan sebanyak 21 orang. 

Jadi ini belum merupakan pengumuman Giveaway utama yang masih berlangsung di Fanpage Penerbit Spring hingga tanggal 26 Desember. Hadiah yang akan diterima oleh pemenang dalam Mini Giveaway ini adalah Bookmark Set An Ember in the Ashes (aku juga pengen banget dapetin yang ini  ><). Jadi pemenang masih memiliki peluang yang sama dengan yang lainnya untuk memenangkan Giveaway utama berupa Novel dan Marchandise.

Rata-rata peserta Mini Giveaway udah memenuhi persyaratan yang diminta, jadi penilaian pemenang ini berdasarkan jawaban pertanyaan:


Menurut kalian apa keunikan novel ‘An Ember in the Ashes’ setelah membaca reviewnya?


Jawaban yang masuk bagus-bagus banget, aku sempat kesulitan memilih soalnya ada tiga orang kandidat terkuat untuk pemenang. Namun pada akhirnya aku memutuskan pemenang untuk Mini Giveaway ini adalah:


Humaira Balfas (RaaChoco)


Selamat untuk Humaira, silakan mengirim nama lengkap + alamat lengkap + No. HP ke nay.sharaya@gmail.com atau DM ke @InayahSyar. Paling lambat tanggal 27 pukul 23.59 WIB.

Sekian pengumuman pemenangnya. Nantikan Blogtour dan Giveaway selanjutnya di naysharaya.blogspot.co.id. Dalam waktu dekat bakal aku infoin lagi ya^^.

-Nay-

Blogtour & Giveaway: An Ember in the Ashes - Sabaa Tahir





Judul: An Ember in the Ashes
Penulis: Sabaa Tahir
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penyunting: Mery Riansyah
Penerbit: Spring
Tahun Terbit: November, 2016
Tebal: 520 halaman
Rating: 5/5

Laia seorang budak, Elias seorang Prajurit
Keduanya Bukan Orang Merdeka

Saat kakak laki-laki Laia ditahan dengan tuduhan pemberontakan, Laia harus mengambil keputusan. Dia rela menjadi mata-mata Komandan Blackliff, kepala sekolah militer terbaik di imperium, demi untuk mendapatrkan batuan untuk membebaskan kakaknya. Disana dia bertemu dengan seorang prajurit elite bernama Elias.

Elias membenci militer dan ibunya, Sang komandan yang brutal. Pemuda ini berencana melarikan diri dari Blackliff, menanggung risiko dicambuk sampai mati jika ketahuan. Dia hanya ingin bebas.
Elias dan Laia. Keduanya akan segera menyadari bahwa nasib merekan akan saling silang, dan keputusan-keputusan mereka akan menentukan nasib Imperium, dan bangsa mereka.


Review Novel: Shadow and Bone - Leigh Bardugo

Munculnya Si Pemanggil Matahari 

Judul                     : Shadow and Bone (The Grisha #1)
Penulis                 : Leigh Bardugo
Penerjemah       : Ambhita Dhyaningrum
Penyunting        : Ika Yuliana Kurniasih
Penerbit              : Mizan Fantasi
Tebal                    : 350 halaman
Tahun Terbit     : Juni, 2013

Cukup lama mengabaikan buku sejak dibeli kurang lebih dua tahun lalu dengan harga yang terlalu ramah di kantong. Nama Leigh Bardugo cukup asing saat itu, tapi aku begitu tertarik dengan kover bergambar seekor rusa putih yang berdiri di tengah salju, berlatar sebuah istana berkubah yang elegan. Shadow and Bone adalah buku pertama dari trilogi The Grisha sehingga pengenalan karakter serta world building-nya dipaparkan di sini.

Review Buku: My Public Speaking -Hilbram Dunar






Judul                       : My Public Speaking
Penulis                    : Hilbram Dunar
Penyelia Naskah   : Mirna Yulistianti
Penerbit                 : Gramedia Pustaka Utama
Tebal                      : 184 halaman
Tahun Terbit        : 2015               



Ada dua jenis buku yang berniat kubaca dalam dua tahun terakhir. Pertama, buku yang ingin kubaca dan kedua, buku yang sebaiknya kubaca. Buku berkover menarik ini berhasil menarik perhatianku untuk memenuhi poin kedua di atas. Terlebih ketika membaca latar belakang penulis yang begitu mumpuni di bidangnya. 

Hilbram Dunar selain sebagai penyiar di berbagai radio, juga aktif mengisi acara baik sebagai MC, Host, presenter dan bahkan memiliki acara sendiri di salah satu stasiun TV swasta. Kegagalan penulis dalam mencapai cita-cita awalnya yaitu menjadi seorang Rock Star, membuatnya sadar bahwa ada satu keahlian yang semestinya dimiliki setiap orang apapun bidang yang ditekuninya. 

“Ilmu Public Speaking  bisa mengantarkan siapa saja menjadi Rock Star  dalam apapun bidang pekerjaannya.” (Hlm. 13)

Seperti yang dibahas penulis dalam bukunya, bahwa sekolah umum tidak mengajarkan Public Speaking atau kemampuan berbicara di depan umum secara spesifik seperti mereka mengajarkan kita membaca, menulis, menghitung dan berbahasa. Padahal dalam berbagai kesempatan, ada saja momen yang membuat kita tiba-tiba harus berbicara di depan orang banyak. 

“Berbicara di depan umum bukan hanya sekadar berdiri di depan orang, lalu bicara melalui microphone. Karena kita harus mampu membuat semua orang mendengar, percaya, lalu mau melakukan apa yang kita inginkan.” (Hlm. 20)

Ada banyak hal yang dibahas penulis dalam buku ini berdasarkan pengalamannya dalam mengisi berbagai acara. Hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis yang akan membantu pembaca untuk bisa berbicara di depan umum dengan lancar. Hal-hal tersebut misalnya bagaimana cara mengatasi kegugupan menjelang tampil di depan panggung. Bagaimana ketika kita tiba-tiba diminta menyampaikan sesuatu di depan umum tanpa persiapan apapun. Sikap-sikap yang perlu dilakukan ketika harus membawakan acara dengan orang lain yang memiliki karakter berbeda. Bagaimana sikap badan dan suara yang digunakan ketika berbicara. Berbagai poin penting yang harus dikuasai dalam Public Speaking hingga bagaimana cara menghindari kata pengisi (filler word) seperti  emm, nah, yak dan sebagainya yang seringkali kita sebutkan saat tengah kehabisan kata-kata dalam berbicara.

Hilbram Dunar dalam acara Gramedia Academy Coffee Talk Tahun 2016


Di samping berbagai hal di atas, Hilbram Dunar juga menceritakan pengalamannya saat harus berhenti membawakan acara di salah satu stasiun TV. Acara tersebut sudah sangat identik dengan dirinya dan mendapat sambutan serta rating yang bagus dari pemirsa. Namun ternyata ia diminta untuk tidak lagi menjadi bagian dalam acara tersebut tanpa sebab yang jelas.  Tentu sangat mengecewakan ketika kerja keras kita selama bertahun-tahun tidak mendapat apresiasi dari pemegang kebijakan di tempat tersebut. Namun penulis bisa bangkit dengan cepat dan tetap bertahan di bidang ini. Teringat bahwa sejak awal ia sudah menghadapi berbagai kegagalan dan pandangan pesimis dari orang-orang (bahwa ia tidak cukup tampan dan tinggi untuk menjadi presenter :D). Bahkan saat ini Hilbram juga menjadi konsultan bagi presenter lainnya (Farhan).

Banyak hal baru yang diperkenalkan penulis dalam buku ini yang dapat membantu pembaca dalam mengatasi permasalahan ketika akan tampil di depan umum, atau setidaknya memberikan mereka gambaran tentang cara yang dilakukan oleh para Public Speaker ketika menghadapi permasalahan mereka masing-masing. Namun demikian, saat membaca buku ini terasa ada pengulangan informasi yang agak mengganggu di beberapa bagian. Salah satu contoh ketika penulis menekankan berkali-kali tentang keharusan merebut perhatian pendengar dan membuatnya percaya serta melakukan apa yang diinginkan dengan bahasa yang serupa. Memang hal tersebut sangat penting namun seharusnya pengulangan tersebut bisa disampaikan dengan cara berbeda atau dikaitkan dengan hal lain yang tak kalah pentingnya.

Rasanya cukup beruntung karena memutuskan untuk membaca buku ini. Memang Public Speaking  ini bisa cukup gampang dilakukan bagi orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Namun hal penting yang harus diingat bahwa kita tidak hanya harus berbicara, namun juga mengajak orang lain untuk memercayai dan melakukan apa yang kita bicarakan.