Menjelajahi Tiga Pulau dengan Traveloka



[Cinta Rasul Part 1] Muhammad Nabi Tersayang - Kang Abay

Review Novel: These Things Hidden (Heather Gudenkauf)


Sumber: https://www.goodreads.com/photo/author/2875124.Heather_Gudenkauf


Review: Oh My Goodness (Yoris Sebastian)

A Personal Guide to become a Creative Junkies

Judul Buku      : Oh My Goodness
Penulis             : Yoris Sebastian
Tebal               : 248 halaman
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah      : Amalia Nur Rahmi
Terbit               : Oktober 2015



Awalnya aku tidak berharap banyak saat memutuskan untuk membaca buku ini. Yoris Sebastian bukan nama yang asing di telinga, namun bukan itu alasanku memilih buku ini. Alasannya adalah, aku mulai menargetkan untuk menyelipkan buku-buku nonfiksi di antara puluhan buku fiksi yang kubaca setiap tahunnya apalagi buku ini terbit dalam versi berbahasa inggris. Lumayan untuk latihan sebelum berkutat dengan jurnal internasional di kemudian hari. Melebihi ekspektasi, ternyata aku membutuhkan buku-buku semacam ini untuk menyadarkan diri sendiri bahwa hidup tidak cukup untuk dijalani dengan cara yang biasa saja. Hidup terlalu singkat dijalani dengan cara yang normal. Walaupun tidak serta merta berubah, Yoris mulai membuka pandanganku tentang hal tersebut.

Sejak dahulu kala aku tidak gemar membaca buku-buku motivasi yang berisi tips-tips yang belum tentu dilakukan oleh penulisnya sendiri. Satu hal yang ditawarkan dalam buku ini adalah contoh, bukti nyata serta hal-hal apa yang telah dilakukan dan dicapai penulis. Kupikir itu lebih penting dan bermakna daripada sekadar memaparkan tips ini dan itu.

Penulis sendiri adalah pendiri OMG Consulting serta General Manager Hard Rock Café (HRC) Jakarta sejak masih berusia 26 tahun dan telah memperoleh sejumlah penghargaan seperti Young Marketer Award (2003) dengan bekal kreativitas yang selalu didengung-dengungkannya. Meskipun tidak sempat menyelesaikan pendidikan di bangku universitas, namun kepiawaiannya dalam mengolah sesuatu menjadi hal yang berbeda dapat membawanya meraih puncak kesuksesan. Simak penampilan penulis dalam  TV talk show Kick Andy berikut.

Menurut Yoris Sebastian, kreativitas bukan sejenis kecerdasan yang dapat diturunkan secara genetik. Ada banyak hal yang dapat mendukung tumbuhnya kreativitas dan hal ini mungkin berbeda-beda untuk setiap orang. Namun dua hal yang pasti selalu ada yakni pengalaman dan pengetahuan. Pengetahuan bukan hanya diperoleh dari bangku sekolah atau buku-buku melainkan dari lingkungan sekitar, bahkan poster-poster atau iklan dan film pun bisa menjadi sumber pengetahuan dan pada akhirnya menjadi ide kreatif. 

Penulis menjelaskan beberapa hal yang membentuk kreativitasnya yaitu buku, seminar dan games, musik, Slideshare, Ted, Twitter, Online reading dan sebagainya. Pentingnya peran otak kiri dan otak kanan juga menjadi penentu dalam membentuk kreativitas.  

“If we want to be creative and innovative, we have to balance our left dan right brain’s capability. The abilities of logic, analysis and mathematics, must be supported by a strong imagination. That way, creativity will come out.” (Hal.7)
Yoris Sebastian menerima penghargaan dari majalah Forbes Indonesia sebagai salah satu dari The Progessive Figures bersama Chairul Tandjung, Mike Wiluan, Veronica Colondam dan Najwa Shihab yang dipilih karena dianggap inspiratif di Indonesia  (Sumber: http://yorissebastian.com/forbes-the-progessive-figures/)

 
Selain itu penulis juga membahas tentang Meetoo-ism serta kebiasaan Copy-paste yang menjamur di kalangan para wirausahawan muda. Mereka yang membangun bisnis dan mengaplikasikan mentah-mentah teknik yang digunakan oleh bisnis serupa yang telah sukses. Menurut penulis, menjadi follower tidak akan pernah menjadikan bisnis kita sesukses apalagi lebih sukses dari pemilik ide orisinal. Lihat saja orang-orang sukses yang berkeliaran di luar sana, mereka adalah pionir dan pemilik ide kreatif pertama yang mengambil risiko untuk tampil berbeda dengan memilih sudut pandang mereka sendiri. 

Kreativitas dalam dunia bisnis tidak dibangun dari hal-hal semacam itu. Kita bisa memilih alternatif dengan membangun sendiri usaha kita dengan menerapkan teknik-teknik dari bidang usaha lain dan belum pernah diterapkan pada bidang usaha yang kita geluti. Hal itupun sudah termasuk tindakan kreatif. Google dapat sesukses sekarang sebab ia tak perlu serta merta menjadi pengikut Yahoo.
 
“Why Google became very successful? Because they don’t copy Yahoo. They are significantly different than Yahoo. Remember that Yahoo homepage is very crowded with lots of advertisement? Google came with clean home page, very very different than Yahoo.” (Hal. 75)
Berbagai contoh dipaparkan penulis sebagai hasil dari kreativitas yang telah dijalankannya. Saat Yoris mencoba meruntuhkan stigma I Hate Monday dengan membuat program musik I Like Monday di HRC dan berhasil menjadikan acara tersebut sukses dan diminati seperti acara lainnya di hari jumat dan sabtu. Bagaimana HRC menawarkan konsep Ladies on Top hingga meraih rekor MURI. Serta bagaimana penulis menjadi penggagas private presentation  di Blitzmegaplex. Ada juga contoh keberhasilan lainnya yang diraih oleh Amazon, FedEx atau Joger yang tumbuh dan sukses dengan memanfaatkan ide-ide kreatif.

 Layout yang digunakan dalam  buku ini cukup minimalis dan praktis, cukup mendukung pembahasan dalam tiap bab. Beberapa kalimat motivasi sering diulangi penulis dalam bab berbeda namun bahasa yang sama sebaiknya dikurangi, namun tidak mengganggu esensi serta kenyamanan dalam membaca buku ini. Kosakata yang digunakan penulis dalam versi ini juga mudah dipahami sehingga tidak perlu khawatir jika kalian masih memiliki kosakata yang terbatas. Sepertinya aku akan memasukkan buku-buku sejenis ini ke dalam wishlist bacaanku setiap tahun. Selanjutnya aku berencana untuk membaca Disruption karya Rhenald Kasali yang juga diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.