Bolehkah Seseorang Jatuh Cinta Dua Kali?
Karena
cinta yang kumulai….
Selalu
mengakhiri dirinya sendiri, tanpa ijin dariku
Ada banyak kisah cinta dimulai dan berlanjut di luar
sana. Ada yang bertahan, mengakar sampai akarnya menyebar kemana-mana. Ada yang
hampir goyah, ada pula yang tercerai dan berserakan dari tempatnya. Kisahku tak
ada di antara mereka. Aku tak pernah bertahan, goyah apalagi tercerai. Aku
hanya menghabiskan banyak tenaga untuk menunggu dan berkomitmen, sampai ada
saat dimana tak perlu lagi menanti.
Tapi, tetap saja… judul kisahku tak berbeda dengan
mereka. Kami sama-sama menamai kisah-kisah kami itu dengan nama “patah hati”.
Aku tidak tahu siapa yang memberikan julukan ‘jelek’ itu kepada hati-hati kami
yang sempat kehilangan rasa. Yang pasti, diantara sekian banyak kisah yang
kualami, ini adalah salah satu kisah yang mungkin penting.
Bagaimana aku memulai cerita? Tak banyak yang harus
diceritakan, tapi banyak hal yang sudah dirasakan. Sebenarnya aku ingin jujur.
Sebenarnya, kisahku tak pernah dimulai. Cerita ini tak punya tokoh/pemain
utama, hanya punya beberapa tokoh figuran yaitu, aku dan dia. Kisah kami hanya
penyedap rasa untuk kisah cinta di sekitar kami. Tidak penting untuk dikenang
apalagi diceritakan.
Bagaimana aku melanjutkan cerita? Tak ada cerita yang
perlu dilanjutkan, tapi banyak hal yang perlu diselesaikan. Aku ingin jujur
lagi. Kisah cintaku hanyalah tentang mata yang saling terpaut dan hati yang
saling beresonansi. Tak terdeteksi dan tak ada yang ingin mendeteksi. Tapi,
bukankah setiap orang punya cerita sendiri-sendiri dan mereka berhak memilih
kisah mereka sendiri? Aku telah memilih dan inilah pilihanku.
Hari dimana aku melihatnya, adalah hari terburuk
untukku. Aku tak tahu namanya, dia pun
tak tahu tentangku. Satu-satunya yang kutahu adalah angin lembut yang
tiba-tiba menyapa hatiku dan membuatku tersadar, seseorang telah menggeser
posisi hatiku dari tempatnya. Adakah yang lebih buruk dari keadaan dimana kau
bahkan tak tahu cara berjalan dan mendadak bodoh untuk waktu yang lama? Bahkan
saat matanya beradu denganmu, sesuatu yang panas spontan melepuhkan kulit
wajahmu dan membuatnya menampilkan isi hati pemiliknya? Itu adalah hari yang
buruk, setidaknya bagi orang sepertiku.
Hari-hari selanjutnya seharusnya lebih baik dari
hari itu. Aku berharap! Aku berharap saat mendapatkan berita bahwa ia tak lagi
sendiri seperti yang pernah kubayangkan, akan membuat hariku normal kembali.
Adakah yang lebih baik dari keadaan, dimana pengacau hidupmu akhirnya meninggalkanmu
dan memilih yang lain? Tapi ternyata dugaanku tak selalu benar. Sepeninggal
pengacau itu tak membuat hariku kembali normal sepeninggalnya. Aku merasa
sesuatu yang buruk menimpa hatiku, dan setelah kuteliti tenyata inilah yang
dinamakan patah hati.
Ini betul-betul menyedihkan. Aku bahkan belum
memulai sebuah kisah, tapi telah patah hati karenanya. Beginikah cara manusia
menghabiskan waktunya? Yah… kisahku
berakhir dan aku masih tetap berdiri seperti biasa. Bukankah hidup harus
berlanjut? Salah satu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan untukku adalah
kemampuanku menyembuhkan luka sendiri. Saat aku tahu, seperti apa rupa asli
dari manusia yang sempat menghuni sebagian ruang mimpiku, aku mendadak
kehilangan rasa simpati meskipun sempat tersakiti karenanya. Well, ini juga takkan adil baginya. Tapi
yang kutahu adalah komitmen kami berbeda.
Bolehkah
seseorang jatuh cinta dua kali? Aku menjawab ‘boleh’
dengan sedikit kecurangan, karena aku menjawabnya pada waktu yang sama saat aku
merasakannya. Aku hanya berharap dia tak membaca tulisan ini. Karena dengan
begitu, aku akan kehilangan image dan tak lagi merasa kuat seperti sebelumnya.
Bagaimana kalau kuceritakan tentang dia? Dia berbeda
dari sebelumnya. Tak ada angin lembut yang menghampiri hatiku saat pertama kali
melihatnya. Tapi saat mendengar ia berbicara, kecerdasan dan cara dia menjalani
hidupnya membuatku yakin telah menemukan
sosok yang pantas menjaga hatiku. Satu hal yang penting, kami memiliki komitmen
/ prinsip yang sama. Dia tak membuatku melakukan hal-hal bodoh seperti menahan
wajah yang memerah karena melintas di depannya, tidak. Hanya saja, berada dalam
radius dimana aku masih bisa merasakan kehadirannya, membuatku tak ingin
kemana-mana. Dan itu membuatku khawatir akan sesuatu.
Kisah itu tak lama. Seseorang yang dekat denganku, memiliki
hubungan dekat dengan seseorang yang dekat dengannya. Kudengar ia ingin
mengakhiri masa kesendiriannya tak lama lagi. Aku bisa saja mencoba peruntungan
dengan mengajukan diri untuk membantunya mewujudkan rencana itu, tapi aku
teringat tumpukan cita-citaku yang menungguku menuntaskannya. Mengingat orang
tuaku yang banyak menitipkan doa untuk kesuksesanku, membuatku berpikir tentang
banyak hal. Sepertinya kali ini, kisahku kembali mengakhiri dirinya sendiri.
Aku tak akan menahannya, semuanya akan berakhir seiring dengan waktu yang
kelaparan seperti rayap dan melahap
kisah-kisah itu. Akan kuucapkan padanya dengan serak, semoga sosok terbaik yang menghampiri hidupmu, akan membuat
kisahmu jauh lebih indah dibanding rencanaku –untuk kita- dahulu.
Aku menyaksikan sendiri bagaimana cerita-cerita
berkahir di depan mataku. Lagu-lagu melow sampai yang paling menyakiti telinga
bergantian memenuhi list music player-ku.
Aku tak pernah lebay dalam mengobati
sakit, karena kuyakin hatiku tahu cara menyembuhkan luka. Aku hanya curhat
semalaman pada gelap yang menutupi wajahku yang sempat mengerut karena dialiri
sesuatu. Aku tak pernah ingin menyebutnya tangis. Karena tak ada yang membutuhkan
tangis. Sosok-sosok yang pernah membuat jiwaku bergetar beberapa detik sekali,
mungkin tak menyadari kehadiranku. Kuharap rasaku tak nampak olehnya. Dengan
begitu, aku bebas menata hariku sesempurna sebelumnya
Bolehkah seseorang jatuh cinta lagi? Kali ini aku
akan menjawabnya dengan adil, disaat aku masih tak menemukan sesuatu yang aneh
pada hatiku, seperti saat-saat itu. Kau boleh jatuh cinta lagi, kita berhak
memilih. Aku pun telah memilih. Aku memilih tak memulai cinta yang semu tanpa
ikatan yang pasti. Menjaga hati sambil menyaksikan terbenamnya hari. Sambil
menununggu akhir kisahku datang tepat waktu, dimana saat itu aku akan lupa cara
menahan senyum.