11 Buku GagasMedia yang Wajib Dibaca dan Kisah-kisah yang Membekas di Kepala
Saat membaca sebuah novel kadang-kadang ada cerita
yang terlupakan begitu saja, membekas untuk waktu yang lama dan ada pula cerita
yang mendapat tempat khusus untuk tetap berada di dalam kepala untuk selamanya.
Seakan-akan novel tersebut punya medan magnetnya sendiri dan memerangkap
pembaca di dalamnya.
Selama beberapa tahun terakhir aku mulai
mengumpulkan dan membaca novel-novel dari berbagai penerbit dengan berbagai
genre. Setelah sempat mengacak-acak rak
buku beberapa jam lalu, aku menemukan novel-novel tersebut dan kembali
menghubungkan diri dengan cerita-cerita di dalamnya. Penerbit GagasMedia adalah salah satu penerbit yang memiliki
sejumlah penulis novel romance dengan kemampuan yang mumpuni dan tidak diragukan
lagi. Sebagai ‘penggila’ novel romance, aku turut bahagia menyambut
bertambahnya usia GagasMedia yang berarti bahwa penerbit kesayangan kami ini
akan semakin matang dalam menerbitkan naskah-naskah berkualitas yang dibutuhkan
dan dicintai para pembaca.
Berbicara tentang 11 novel GagasMedia yang wajib
dibaca bukanlah hal yang sulit namun sama sekali tidak mudah. Tidak sulit,
karena aku bisa dengan mudah menemukan bacaan-bacaan favoritku saat kembali
bernostalgia dengan novel-novel GagasMedia yang telah kubaca. Dan juga sama
sekali tidak mudah, karena memilih ‘hanya 11’ di antara sejumlah novel-novel
favorit tersebut membutuhkan pertimbangan yang matang.
Tapi, mari kita mulai membahas novel-novel berikut.
Sepertinya akan menyenangkan kembali masuk ke dalam cerita-cerita ini.
1. Miss
Jutek (Yennie Hardiwidjaja)
Kenapa novel ini berkesan? Karena ini
adalah novel GagasMedia pertama yang aku baca dan berhasil mengubah pandanganku
tentang sesuatu. Entah tepatnya tahun berapa, tapi saat membaca novel ini, untuk
pertama kalinya aku sadar kalau ternyata tokoh utama dalam sebuah novel tidak
harus selalu berhati malaikat, tulus, sabar dan lemah (Yah, maklumlah saat itu
aku cukup terpengaruh dengan sinetron-sineton kesayangan orang rumah yang mencekoki
otakku hampir setiap hari). Novel ini mengajarkanku bahwa siapapun bisa menjadi
tokoh utama di dalam novel. Dan aku benar-benar terkesan dengan hal itu.
Aku salut dengan penulisnya, Mbak Yennie
Hardiwidjaja, berhasil membuat tokoh bernama Salma ini tetap jutek dan dingin
hingga menjelang akhir cerita. Meski sempat kesal dengan berbagai tingkah Salma
yang terkesan semaunya, sangat egois dan menilai semuanya dengan uang. Tapi
ketika mengetahui penyebab kenakalan Salma, apa yang dialaminya di masa lalu,
serta apa yang telah dilakukan oleh Indra dan kawan-kawannya, entah kenapa aku
mulai bisa memahami apa yang Salma rasakan.
2. Infinitely Yours (Orizuka)
Novel ini adalah novel bernuansa
korea pertama yang aku baca. Novel ini membuatku kemudian mengikuti karya-karya
Orizuka selanjutnya. Kisah perjalanan Rayan dan Jingga yang manis membuatku
senyum-senyum sendiri saat membacanya. Seperti biasa Orizuka sangat mahir
meramu cerita sederhana menjadi rangkaian kisah yang asyik diikuti. Karakter Jingga
yang tergila-gila dengan budaya Korea dan Rayan yang digambarkan memiliki
trauma tersendiri terhadap segala hal yang menyangkut Negara Gingseng tersebut,
digambarkan dengan sangat menarik disertai berbagai adegan-adegan menggemaskan
yang menyertai mereka.
Bagi
penggemar drama-drama Korea, kisah-kisah manis seperti ini tidak akan pernah
membosankan meski telah diangkat berulang kali dalam kisah yang berbeda. Dan
Orizuka berhasil membawa pembaca berkeliling dan menikmati suasana Korea
Selatan yang romantis dan hangat.
3. Memori
(Windry Ramadhina)
Bagi
penggemar novel dengan tokoh-tokoh yang cool,
cuek dan sok nggak peduli namun sebenarnya saling merindukan satu sama lain,
novel ini adalah pilihan yang tepat. Ketiga orang tokoh utamanya benar-benar
membuat pembaca gemas dengan tingkah mereka yang seakan saling mengabaikan
namun diam-diam menyimpan rasa sayang terhadap satu sama lain.
Kisah
cinta dua arsitek idealis -Mahoni dan Simon- yang sama-sama angkuh, cerdas, dan
keras kepala. Juga kisah Mahoni dan adik tirinya -Sigi- yang ternyata dalam hati
mereka saling peduli. Pergolakan batin yang tidak biasa dan kisah romansa yang
tidak pasaran menjadi keunggulan buku ini. Terlebih lagi, berbagai istilah dan
masalah dalam dunia arsitektur dijabarkan dengan baik membuat kita sadar telah
membaca novel berkualitas.
4. Montase
(Windry Ramadhina)
Saat
membaca novel ini, saya benar-benar kagum dengan kemampuan Mbak Windry
bercerita dengan PoV orang pertama yang seorang pria. Rayyi dan Samuel Hardi
memiliki karakter yang benar-benar cowok (berdasarkan info dari beberapa
pembaca cowok). Hmm, apa sih kata yang cocok untuk bacaan
yang lebih dari sekadar keren? Yap, itulah yang aku temukan dalam buku ini.
Kita
akan diajak menyelami kehidupan Rayyi dan obsesinya terhadap film dokumenter dan
perasaannya yang muncul begitu saja
terhadap gadis berkepala angin bernama ‘Haru’. Gadis yang berhasil
mengalahkannya dalam sebuah kompetisi film dokumenter sekaligus gadis yang
berhasil merebut hatinya dan menyimpannya untuk selamanya.
Melihat
bagaimana tiap detail tempat, suasana dan berbagai hal mengenai film documenter
ini diceritakan, akan menyadarkan kalian bahwa betapa novel ini dilahirkan dari
riset yang tidak main-main. Dua jempol untuk Mbak Windry.
5. Always,
Laila: Hanya Cinta yang Bisa
Aku
membaca novel ini sekitar tahun 2008, masih dengan cover biru dengan seorang
wanita berwajah sendu. Satu-satunya karya penulis pria
yang sangat membekas di hatiku saat itu. Karena terus terang beberapa penulis
pria kurang dapat menggambarkan suasana hati seorang wanita dan cerita romance
yang menyentuh.
Ceritanya
runut banget dan sukses bikin mewek. Endingnya tidak tertebak dan rasanya
pingin banget bikin kedua tokohnya ketemu lalu menyelesaikan masalah yang pada
akhirnya tidak sempat selesai. Tapi kemudian si cewek tahu kalau cowok itu sudah
berdamai dengan hatinya. Cool.Pokoknya buku ini ajib banget
6. Bangkok:
The Journal (Moemoe Rizal)
Setelah
membaca Always Laila, aku pikir tidak akan menemukan penulis pria yang bisa menulis
‘sedalam’ dan ‘se-menyentuh’ itu lagi. Namun ternyata aku menemukan satu lagi
penulis novel romance pria yang dapat menuliskan kisah yang sulit terlepas dari
ingatan. Novel ini mengajarkan aku banyak hal. Salah
satunya tentang perbedaan signifikan antara cara penulis pria dan wanita dalam
mendeskripsikan karakter pria dalam novelnya.
Bedanya?
Aku menemukan banyak hal yang natural di sini. Tentang sifat, sepak terjang,
topik pembicaraan, pikiran 'nakal' yang sesekali (mungkin seringkali) melintasi
benak mereka, yang menurutku penulis wanita tidak bisa mengangkatnya. Mungkin
bukan tidak bisa, tapi tidak ingin. Mungkin takut tokoh-tokoh itu tidak
admirable lagi atau tokoh mereka akan cacat di mata pembaca.
Bahasanya
renyah dan gaya bicaranya Edvan yang 'semau gue' itu enak. Pokoknya Aku sudah
memasukkan penulis Novel ini ke dalam list penulis yang next time
bukunya bakalan aku hunting.
7. Rahasia
Sunyi (Brahmanto Anindito)
Selain
novel romance, ternyata GagasMedia masih
memiliki penulis novel horror-thriller yang
pengemasannya tidak main-main. Buktinya penggemar novel romance sepertiku sangat menikmati novel ini hingga akhir. Penulis berhasil membuat pembaca ikut terbawa dengan suasana hutan
yang mencekam, suasana kamarnya yang angker dan membuat pembaca ikut merasa
paranoid seperti apa yang dirasakan Lautan Angkasawan. Aku
tertarik banget dengan pembahasan tentang "uhang pandak" atau manusia
pendek. Makhluk mirip manusia, sejenis kera dengan intelejensia melebihi
orang utan dan simpanse yang berbau telur busuk. Kedengaran unik dan
benar-benar baru buatku. Brahmanto juara banget
dalam hal ini.
Buku
ini benar-benar membawa imajinasiku ke pedalaman kerinci di Sumatera sana.
Suasananya, dialek bahasanya, semuanya benar-benar mencerminkan kalau Mas
Brahmanto pernah ke sana dan melakukan observasi yang detil tentang budaya
masyarakat sekitar. Bagi kalian penggemar novel-novel yang mencekam, sepertinya
novel GagasMedia yang satu ini sangat sayang untuk dilewatkan
8. Unfriend
You (Dyah Rinni)
Tema
"Bullying" biasanya banyak diangkat
oleh novel/komik Jepang dan kadang oleh beberapa novel lokal dengan pengemasan seadanya.
Tapi, dua kata deh buat novel ini. Suka. Keren. Mb Dyah
berhasil meramu konflik yang utuh, klimaks dan penyelesaian yang oke. Pesannya
nyampe banget, ada tentang persahabatan, keluarga, cinta, pokoknya cocok banget
buat bacaan remaja. Aku sempat terharu pas menjelang akhir. Tokoh-tokohnya
punya karakter yang kuat dan alasan yang logis kenapa dia ngelakuin hal-hal
itu.
Novel
ini cocok banget jadi bahan bacaan remaja-remaja yang masih sering beranggapan
bahwa popularitas bias membuat mereka bertindak semaunya dan menindas orang
lain.
9. Syarat
Jatuh Cinta
Selain “Unfriend You”, novel teenlit GagasMedia
favoritku adalah karya Marin Josi dan Purba Sitorus ini. Novel bercita rasa
unik. Manis. Lucu. Bikin kesal. Meskipun temanya sudah pernah/ sering diangkat
oleh penulis lain, tapi kisah Alana dan Asta ini disajikan dengan cara yang
sama sekali tidak membosankan. “Cerita yang bodoh” begitu kata penulisnya.
Menurutku memang benar-benar bodoh, tapi entah kenapa aku sangat terhibur
membacanya.
10. Fly
to The Sky (Nina Ardianti dan Moemoe Rizal)
Jika
ditanya novel Gagas Duet mana yang menjadi favoritku? Aku tidak akan ragu untuk
memilih novel ini. Kedua penulis memliki gaya bercerita yang hampir sama.
Cerdas, blak-blakan, lucu dan sedikit nakal.
Aku
suka bagaimana mereka berkolaborasi menghasilkan novel duet yang rasanya sangat
menyatu ini. Kisah Edyta dan Ardian bisa dijabarkan dengan sangat menarik
meskipun mereka hanya ‘benar-benar’ bertemu sekali dan baru bertemu kembali pas
di ending. Tepat di saat mereka nyaris putus asa dan bersyukur akhirnya saling
menemukan.
11. Remember
When (Winna efendi)
Awalnya
aku mengira tidak akan menyukai kisah-kisah pengkhianatan seperti ini. Pandangan
orang bahwa pihak-pihak yang dikhianati selalu menjadi orang yang paling
menderita terbantahkan oleh rangkaian kisah dalam novel ini. Winna efendi benar-benar
peracik kisah yang ulung. Sebagai pembaca, aku tetap memahami bahwa
pengkhianatan tak akan pernah menjadi hal yang benar. Freya dan Adrian tetap
bersalah ketika memutuskan berhenti mencintai kekasih mereka. Namun aku
menyadari bahwa mereka pun merasakan penderitaan yang sama ketika harus
menanggung rasa bersalah dan rindu dalam waktu bersamaan.
Kisah
cinta segiempat yang rumit dalam novel ini membuat pembaca berpikir ulang sebelum
menyalahkan “hati-hati” yang berhenti mencintai.
Nah,
itulah daftar teratas dari deretan novel-novel GagasMedia yang menjadi
favoritku dan menurutku sangat sayang untuk dilewatkan. Novel dengan
cerita-cerita yang membekas di kepala dan enggan hilang meski banyak cerita
lain yang mendesak untuk memperoleh tempat yang spesial.
Dan tak lupa
juga aku ucapin “Selamat Ulang Tahun yang Ke-11” untuk GagasMedia. Semoga
senantiasa menghadirkan cinta di hati pembaca^^.