Novel Kedua di Tahun 2014 (Coming soon, Januari 2014)



Pernah seseorang bertanya padaku, untuk apa aku menulis di tengah banyaknya aktivitas yang telah menghabiskan sisa tenagaku setiap harinya.

Kujawab: karena hal itu adalah satu-satunya kepingan cita-citaku yang tertinggal, setelah yang lainnya punah oleh kegagalan.

Aku selalu memulai pagi dengan banyak kisah yang berentetan di kepalaku. Kemudian selanjutnya aku memikirkan, bagaimana kisah-kisah itu menemukan jiwa-jiwa yang bisa meneruskannya di atas kertas, pada sebuah buku, novel atau mungkin kisah yang tidak beruntung hanya akan berakhir dengan khayalan. Tapi kali ini aku bersyukur karena Tuhan memberiku kesempatan untuk menciptakan kisah ini. Dengan begitu, aku bisa berbagi tentang sebagian isi kepalaku pada kalian.


(Me)mories


“Kau hanya perlu melakukan satu hal, Ries.”
Cukup merindukanku sekali saja, karena dengan begitu aku akan punya alasan untuk datang dan mencintaimu sebanyak yang aku mau.”


Bisakah kubercerita?
Tentang bagaimana caraku merawat luka?
Bagaimana aku menghapus peluh pada wajah cinta kita, yang bahkan kulakukan sejak pertama kali ia menetaskan dirinya  dari rahim rasa. Aku ingin bercerita, tapi bahkan kau pun tak boleh tahu. Ini hanyalah tentang sesuatu. Sesuatu yang berwarna seperti pelangi. Pelangi yang kehilangan warna saat ia berusaha bertahan, sekaligus pelangi yang kehilangan makna ketika ia berusaha lepas.

Dan kali ini, aku mulai memahami. Bahwa cinta yang kumulai, selalu mengakhiri dirinya sendiri tanpa izin dariku. Karenanya, aku lelah dan ingin berhenti.

Tapi…

Bila hari kembali sekali lagi, maukah kau kembali memilih?

Sebab, pernah suatu saat aku mencoba membayangkan masa depanku.

Kau tahu?
Membayangkan masa depanku tanpa ada kau di dalamnya, rasanya sangat aneh.
0 Responses