Komitmen Cinta Sejati

 



Mungkin ada beragam jawaban yang bisa muncul apabila seseorang dihadapkan pada pertanyaan apakah cinta itu butuh komitmen sama pacar?. Saya pribadi akan menjawabnya dengan sebuah pertanyan balikan, “apakah komitmen tentang cinta harus dilakukan pada seorang yang kita sebut pacar?”

Menurut banyak pendapat, pacaran merupakan sebuah proses penjajakan untuk lebih mengenal pribadi dan saling menemukan kecocokan masing-masing. Saya sebagai pribadi yang selalu melihat masalah dari dampak positif dan dampak negatifnya, akan memberikan sedikit pendapat.

Kisah pacaran di mata saya seperti sebatang kisah sebatang rokok. Dimana orang tertentu akan menganggapnya nikmat lalu sekonyong-konyong mengabaikan dampak negatif dari rokok itu sendiri. Namun ada pula yang mentah-mentah menolak  dengan alasan kesehatan. Seperti halnya dengan hal yang saya sebutkan di atas. Ketika seseorang menawarkan kepada saya, “Nay, mau nggak pacaran dengan saya?” saya akan menjawab persis saat ada orang yag menawarkan sebatang rokok pada saya, (“maaf, saya tidak merokok!”) yaitu dengan jawaban, “maaf, saya tidak pacaran.” Yah… jawaban setiap orang berbeda dan mereka sangat berhak untuk itu, tergantung dari kaca mata yang kita gunakan untuk memandang suatu masalah.

Komitmen merupakan sebuah kemantapan hati untuk melakukan sesuatu / hal yang sangat penting dan urgent. Dan terkait dengan masalah cinta yang melibatkan hati, saya rasa ini bukanlah hal yang main-main. Cinta yang saya maksud dalam hal ini adalah cinta terhadap pasangan. Bagi saya cinta itu belum saatnya dikomitmenkan kepada pacar. Untuk apa? Pacar adalah orang yang baru berstatus ‘calon pendamping’, tidak ada jaminan kita akan hidup bersama di masa depan. Cinta itu butuh komitmen terhadap pasangan yang jelas-jelas halal untuk kita cintai. Kepada suami/ istri, di sanalah komitemen cinta kita berlabuh. Tidak ada tempat lain yang lebih aman dan nyaman selain biduk rumah tangga yang dijalin bersama.

Pacar atau kekasih atau teman dekat atau TTM-an, tentu saja akan membuat hati kita senantiasa berbunga dan hanya berisi cinta, cinta dan cinta. Tapi itu hanyalah awal, hanyalah sebuah batu pijakan, dimana ketika kita tidak berhati-hati terhadap batu yang kita pijaki, kita akan tergelincir. Komitmen merupakan janji malah lebih dekat dengan sumpah. Komitmen melibatkan akal dan perasaan, ketika ketika keduanya menyatu dalam suatu ikatan yang bernama cinta, mengapa kita harus menunggu dan menghabiskan banyak waktu sia-sia dan mengecap habis indahnya cinta di masa pacaran? Bukankah komitmen itu akan lebih terasa dan bermakna jika kita mengikrarkannya di depan makhluk yang telah menjadi milik kita sepenuhnya?

So, berkomitmenlah pada orang yang paling pantas menerima cinta kita secara utuh tanpa ada nama lain yang kemungkinan menggantikan posisinya di lain hari. Dan kita menyebutnya 'cinta sejati'.

2 Responses
  1. selvi Says:

    gud luck...

    setuju ma pendapatnya :)

    salam kenal :)