2012, I’m Coming!

2012, I’m Coming!
Pernah dengar rumor tentang bencana dahsyat yang akan terjadi di tahun 2012? Rumor tentang aksi bunuh diri massal bangsa maya karena penanggalan kalendernya berakhir, yang berarti kiamat akan terjadi? Atau tentang desas desus lidah api matahari yang akam memasuki atmosfer bumi? Tak ada yang tahu pasti tentang kebenaran rumor itu. Banyak yang ketakutan dan mulai kehilangan banyak rencana. Tapi, aku mempercayainya dengan cara yang berbeda.
 Aku juga akan mengakhiri kalender hidupku sendiri, tapi bukan dengan jalan bunuh diri, melainkan membunuh bayangan kegagalan diriku di masa lalu. Aku akan membuat lidah api sendiri yang akan memasuki atmosfer baru. Membuat siapapun yang berada di sekitarku akan senantiasa menyadari, kalau aku ada dan tak pernah menghilang. Aku hanya percaya rumor ini. Bukan tentang kiamat 2012 dan pemanggangan bumi besar-besaran, tapi  lagi-lagi tentang cita dan resolusi  2012-ku.
Banyak hal yang kadang membuat kita mati rasa. Mungkin sebulan sekali, seminggu sekali, setiap hari, bahkan tiga kali dalam sehari. Aku tidak akan menyebutkannya satu persatu. Aku tidak akan mengungkit belasan lomba dimana aku kesulitan mencari namaku di daftar pemenangnya dan akhirnya gagal menemukannya. Ini bukan tentang puluhan cerpenku yang belum juga dimuat di semua media cetak yang aku kirimkan. Ini bukan tentang gelar sarjana yang hampir bosan menjadi mimpi saat malam hari tiba hingga malam tiba kembali. Bukan tentang mimpi orang tua yang dititipkan padaku, yang belum sempat kukembalikan pada mereka. Ini semua bukan tentang itu. Ini hanyalah tentang bagaimana aku melanjutkan hidupku kembali. Tanpa rasa malu yang enggan pergi.
Aku ingin mengubah sesuatu. Mungkin ada yang salah dengan diriku. Tapi, jaman sekarang mengapa kesalahan pun begitu sulit dicari? Aku tak menyesali apapun di tahun-tahun yang tanpa sadar terlewati olehku. Tak ada yang perlu disesali. Aku masih sanggup bertahan hingga sekarang pun sudah lebih dari cukup. Hanya saja, sesuatu membuatku sadar. Saat kusadari ternyata banyak mimpiku yang menunda kemunculannya, aku mulai berpikir tentang sesuatu yang salah pada diriku. Aku tak pernah punya resolusi.
Aku tak punya kemantapan hati untuk memilih, melakukan, menolak dan meniadakan. Aku tak ingin membuat target. Karena jika kelak aku melihat tak satupun targetku tercapai, aku khawatir tak sanggup berdiri kembali. Begitulah caraku menvonis diriku sendiri. Karenanya, aku mulai berpikir menetapkan sesuatu.
Tahun 2012 ini, aku ingin 3/8 dari penduduk negara ini mengenalku. Aku tak ingin menyebut mancanegara, sebab tak ingin mengganggu resolusi 2013-ku kelak. Aku ingin setidaknya 37,5% penduduk negara ini mengenalku lewat tulisanku. Mengapa aku memillih persentase tanggung itu? Sebab aku yakin negara ini masih punya sekitar 62,5% masyarakat yang buta aksara (bukan hanya karena tak tahu membaca, aku mempersiapkan persentase ini untuk orang-orang yang enggan membaca karyaku). Tidak berlebihan bukan? Aku hanya ingin dikenal lewat tulisanku. Dimana di setiap kata yang aku tuliskan, mereka akan tahu akulah seniman kata itu.
Aku bahkan merencanakan hal yang sedikit ekstrim –bagiku- untuk menunjang hal itu.  Aku ingin meneror redaksi majalah dengan deretan tulisan-tulisan yang layak diterbitkan. Aku tak ingin kejadian tahun ini terulang lagi. Saat diantara belasan tulisan yang kukirimkan, hanya satu buah cerpen yang menembus media online. Selebihnya, entah terselip di tong sampah mana. Aku tak pernah mengerti apa yang salah dengan penilaian mereka. Mungkin seperti mereka yang tak mengerti, apa yang menarik dari tulisanku.
Aku selalu mencintai tulisanku. Membanggakannya pada hatiku dan memujinya di depan mataku oleh diriku sendiri. Rencana untuk tahun depan adalah meluncurkan 2 novel dan 1 buah antologi cerpen solo di tahun yang sama. Minimal satu diantara buku-buku itu adalah Bestseller.  Setelah itu terjadi, ada alasan apa lagi yang membuat 37,5% penduduk negara ini untuk tidak membaca tulisanku? Aku tidak akan menuliskan tentang rencanaku membuat skenario, karena bukuku akan difilmkan beberapa tahun berikutnya. Sebetulnya tahun ini, aku sudah memulai rencanaku itu. Beberapa buku antologi cerpenku dengan teman-teman telah terbit. Oleh karenanya, aku tidak akan main-main dengan rencana selanjutnya.
Selanjutnya bagaimana aku melanjutkan hidupku bukan dengan mengandalkan pena dan kertas cemerlangku? Setelah tahun ini, aku akan lulus kuliah. Aku harus lulus kulliah. Beberapa bulan ini aku banyak berpikir. Aku bahkan mengira sebagian umurku kuhabiskan di kampus dan akhirnya aku akan menua di kampusku ini. Sudah hampir lima tahun. Tak ada lagi senyum sahabat yang kutemukan di sana. Hanya senyum formalitas junior (adik angkatan) yang sesekali menyapa. Perasaan jenuh dan kehilangan menghantui berhari-hari. Teman seperjuangan sudah beberapa langkah lebih jauh ke depan. Punggungnya tak lagi terlihat. Karenanya, aku kesulitan mencari jejak mereka dan akhirnya membuat mataku perih mencari, lalu mengeluarkan air mata. Sepertinya aku menangis.
Aku tak pernah main-main dengan kuliahku, aku tak pernah gagal dan mengulangi mata kuliah apapun. Aku tak pernah berpikir akan  berhenti di waktu yang cukup lama dengan beban skripsi yang menyedot lemak di wajahku. Hanya saja,  aku selalu terlambat merespon sesuatu. Saat teman-temanku mulai bergerak, aku mengamati mereka dan berpikir bahwa waktu tak akan setega itu dan takkan secepat itu berlalu dariku. Dan saat aku kehilangan banyak kesempatanku, aku baru menyadari, kalau ternyata waktu tak pernah bersahabat dengan siapapun
Tahun 2012, aku harus menyelesaikan kuliah S1 dan melanjutkan pendidikan S2 setelahnya. Dengan menggunakan honorarium penerbitan buku, mungkinkah aku bisa melanjutkan kuliah dengan itu? Aku tak materialistis, tapi aku ingin tulisanku adalah salah satu hal yang menyebabkan aku terus hidup.
Tahun ini, tak banyak waktu yang kuhabiskan untuk bercerita banyak hal dengan ibuku atau berbagi banyak canda dengan ayahku. Aku ingin memulainya lagi. Melihat wajah mereka dari jarak yang dekat, mungkin akan membuatku menyadari banyak hal belum tercapai olehku. Tapi dengan begitu, aku pasti terkuatkan oleh do’a, senyum dan tatapan mereka yang teduhnya tak pernah kutemukan di mata siapapun.
Aku ingin memberikan mereka kejutan. Dengan menguasai dapur di hari-hari kebersamaan kami, pasti akan membuat mereka senang bukan kepalang. Sejak dahulu aku tak tahu bagaimana membuatkan makanan kesukaan mereka. Mereka tak tahu bagaimana aku bermain dengan bumbu dapur. Tahun ini, aku akan kursus memasak. Mempelajari berbagai resep kue dan masakan pasti membuatku lebih tampak sebagai wanita yang utuh. Dan sepertinya, tak mudah memulainya. Hanya saja, aku sudah menuliskannya di sini dan aku tak mungkin mengkhianati tulisanku sendiri.
Ada satu hal lagi yang selalu terlupakan olehku. Mungkin bukan terlupakan, lebih tepatnya “ingin dilupakan” olehku. Hal yang mungkin ingin dibicarakan oleh banyak orang, tapi tidak olehku. Aku tak pernah ingin membicarakan hal ini pada banyak orang. Dan untuk tahun ini, aku mungkin tak juga ingin melakukan apa-apa. Hal yang satu ini sering membuat orang-orang di sekitarku melupakan banyak hal. Oh ya! satu hal lagi, mereka menyebut hal ini sebagai, cinta.
Aku ingin tetap seperti ini. Tanpa hubungan cinta janggal yang tak pernah kumengerti. Mengapa malam terasa sunyi bagi mereka jika tak bertemu dengan seseorang, sedangkan aku tak merasakannya. Aku bersyukur. Di usia remajaku, aku tak termasuk remaja alay yang melow dan tak bisa hidup tanpa cerita cinta mereka yang tak pernah berujung bahagia.
Aku punya banyak resolusi untuk tahun depan. Tapi untuk persoalan cinta, aku terlalu khawatir menuliskannya. Karena sekali lagi, aku tak mungkin mengkhianati tulisanku. Tulisan ini adalah janji jemari pada lembaran kertasku yang cemerlang, yang tak boleh terkhianati. Tapi satu hal yang aku inginkan, aku tetap ingin fokus pada satu tempat yang ingin kutuju sejak dahulu. Dimana orang lain tak perlu tahu, bagaimana kerasnya aku menjaga hati. Belum saatnya mencari cinta sejati. CintaNya, cinta orang tuaku dan sahabatku masih cukup untukku. Jadi, aku belum perlu mencari asupan cinta lain di luar sana. Di 2012-ku yang selalu kunanti, akan tetap ada sosok yang memerahkan rupa, tetap ada senyum yang menggetarkan rasa, namun tetap ada hati yang terjaga.
Mengubah banyak hal pada diri sendiri tak pernah mudah. Apalagi ditambah penekanan pencapaian yang harus taklukkan, bertambah tak mudah. Jika waktu diputar kembali ke masa lalu, aku akan berdo’a pada Tuhan untuk dikembalikan lagi ke masa kini. Kenapa? Karena hari yang telah lalu, telah terlewati dengan manis, tak perlu diulang kembali. Yang perlu dipersiapkan adalah kemungkinan waktu kembali tak bersahabat dan membuatku tertinggal lagi. Ketinggalan momen dan kesempatan untuk berbuat lebih.
Terakhir dan yang paling utama, untuk rencana utama dalam hidup menuju ke tempat penghabisan adalah memperbaiki diri, membangun ibadah dan usaha yang keras agar tak kehilangan cintaNya. Karena setiap tahun setiap resolusi boleh memperbaharui diri, namun namaNya tak akan pernah terganti sebagai pemilik hati dan jiwaku. Aku menuliskannya di sini. Karena aku tak pernah menghianati tulisanku sendiri. Dan dengan percaya diri aku mampu berkata, “2012, I’m Coming!”





0 Responses